Follow Us @soratemplates

Jumat, 09 Februari 2018

Bertakziah tanpa Jenazah

Semenjak ikutan ODOP ga tau kenapa semua bisa dijadikan tulisan. Seperti kejadian tiga hari yang lalu.

Rabu, 7 Februari 2018

Cuaca mendung mulai dari pagi. Sang awan hitam tampaknya sedang bermain-main. meskipun mendung, si panas seperti ular akan meracuni setiap orang dengan panas dan sesak di dada. 

Ahirnya dewi angin meniupkan awan lainnya berkumpun menjadi satu di Langit Negeri Seribu Satu Pesantren ini. Manonjaya beberapa kali diguyur hujan dan petir menyambar menjadi satu. Hujan deras bercampur angin menjadi makanan sehari-hari, 

Selepas menunaikan sholat ashar bergantian dengan suamiku menunggu warung. pelan-pelan ada suara motor memarkirkan motornya di depan warung kami.


perlahan suami memanggilku " Sayang, bisa tolong ambilin air hangat buat temen aa" begitu ucapnya pelan. 


"Salah aink!!" Begitu ucapnya berkali-kali di tambah gelegar petir dan derasnya hujan menambah mencekam suasana tersebut.

"Artos mah tiasa di pilarian.. " sahutnya tak berhenti. "Kunaon jang?" Suamiku bertanya pelan sambil mengelus punggungnya yang kebasahan.

"Istri aink nelpon ti rumah sakit cenah budak aink tos te aya . Sakit panass Lis" air matanya mulai mengeluarkan air mata. Tak kuasa melihat seorang laki-laki menangis. 

"Lis aink nambut artos 100rebu hoyong meser acuk budak nu terahir kali (kiasan maksudnya beli kain kafan) 

Karena uang 100 rb belum ada. Kami beri uang 50 rebu. "Yeuh, jang hampura abi mung aya sakitu (50rb) peperiheun te ngalayad (bertakziah) . Sing sabar sing ikhlas nya Ujang. Anak mah titipan nu iraha wae tiasa dicandak ku nu bogana (Allah SWT)"  kata suamiku memeberi wejangan.

"Hatur nuhun Lis" jawabnya singkat. Singkat cerita akhirnya ia pun meninggalkan warung kami di tengah derasnya hujan.

Mendekati waktu sholat magrib sekitar jam 17.15 hujan reda. Atas inisiatif suami . Saya dan suami ingin bertakziah ke rumahnya.

Tak ada perasaan apapun yang menghantui kami sepanjang perjalanan. Namun saat memasuki gang rumah orang tersebut mulai terasa aneh.tak ada bendera kuning. Bahkan, pintu masjid/mushola yang 2 langkah dari rumahnya masih terkunci. Tidak ada tanda-tanda orang meninggal.

Saat yang mendebarkan pun tiba. Di depan rumahnya kami bertanya apakah rumah si A disini ? Dan Benar jawabnya. 

Saat di tanyaakan perihal kemana si empunya rumah. Anak yang disangka meninggal tadi berbicara "Bapa nuju kerja di Banjar dengan suara lantang!" 

Perlahan menatap tak percaya bocah mungil tanpa dosa yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu. Berbicara dengan polosnya. 

Ia tak tahu kalau bapaknya baru saja mengatakan akan membelinkain kafan untuknya di tengah-tengah derasnya hujan sambil menangis dan merintih tak tertahan. 

Tak terasa sekarang air mataku yang meleleh menyaksikan keanehan di depan mataku sendiri. Sekalipun kami sangat menginginkan kehadiran anak tetapi belum di amanahi. Tetapi, ada seorang bapak yang tega berbicara anaknya meninggal dan meminta uang. 

Baru kami sadari ternyata kami baru saja bertakziah tanpa jenazah. Kami ikhlaskan uang 50rb Semoga beliau diberi hidayah atas perbuannya. Amiin ya Rabb

ODPbatch5#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan berlebihan memuja orang.

Hy sahabat onlineku. Kita ketemu lagi di catatan Aisyah. Ok guys disini aku mau curhat aja. Ternyata mental inlander ada di dalam diriku.  ...