Follow Us @soratemplates

Minggu, 15 April 2018

Filosofi Gorengan : Pembicaraan di pojok terminal

        

       Suatu hari di malam yang dingin , sepasang kuli pasar sedang mengganjal perutnya di sebuah warung gorengan di pojok sebuah Terminal yang sudah sepi karena angkot sudah semakin jarang balik ke kandangnya.
        Ada sebuah gehu yang mulus. Terbuat dari tahu yang dilapisi gumpalan tepung terigu, air, garam , dan penyedap rasa. Rasanya crispy dan gurih 'nyoyy' begitu montok dengan tumisan touge, daun bawang, dan cacahan cabe rawit.
      Besarnya seukuran kepalan anak balita usia 1 tahun. Dibumbui dengan aroma yang khas. Saat digorengpun terdengar suara gemericik minyak goreng saling bersahutan. Seakan memangil siapun yang lewat untuk bertandang ke warung gorengan .
     Si gehu baru saja di angkat dari penggorengan. Wanginya menusuk hidung. Terdengar suara bunyi keroncong dari perut kuli pasar .
   " Mang gehu 2 !" Kata salah satu orang kuli bernama mas Parman. 
"Siap boss !" Jawab Mang Parna si Penjual Gorengan.
       Menyajikan gehu di sajikan dengan cabe rawit dan saos cabe. Mantap sekali dimakan di siang bolong saat ini.
      Perut yang tadi keroncongan sekarang menjadi  musik klasik begitu tenang karena 'saking' enaknya gorengan gehu tersebut.
      "RAOS PISAN , Euyy !!" Kata mang Parman sambil berbinar-binar seperti baru pertama kali makan gorengan. Menunjukan jempolnya yang berminyak.
       
       " Siapa dulu yang buatnya!!" Jawab mang Parna menyombongkan diri. Sambil terus membolak-balikan 'bala-bala' yang sedang di goreng diatas minyak panas.
       Akhirnya bala-bala sudah matang dan  siap disajikan. "Heum, wangi pisan bala-balana" kata Mang Kusen sambil mendengus harum ke arah kuwali. Tanpa sengaja hidung Mang Kusen tersodok 'serokan' . "Aduh, Mang mani nyeurii pisaan!!" Kata Mang Kusen sembari mengaduh memegang hidungnya.
     "Ente mancung teuing hidungna jadi wae kasodok!!" Kata Mang Parman sambil tertawa cekikikan.
    "Sorry mang, di haja da!" Kata Mang Parna membalas sambil bercanda. Reaksi Mang Kusen yang melotot tajam membuat nyali Mang Parna cius..
    
    " oke bonus bala-bala dua kumaha??" Kata mang Parna mengantisipasi. "Siap Broo!!" jawab mang Kusen tersenyum sambil mencaplok bala-bala hangat.
     Tak terasa hujan deras turun. Dua kuli pasar itu akhirnya di sandra tukang gorengan. Menikmati gorengan hangat yang mengepul . Harumnya aroma gorengan membuat   kuli pasar yang lain ikut berteduh dari derasnya hujan dan sekaligus menikmati nikmatnya makan gorengan di tengah derasnya hujan.
(To be continued)
#cerbung
#kelas fiksi
       
     
     
      
Trima kasih sudah berkunjung ^_^.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan berlebihan memuja orang.

Hy sahabat onlineku. Kita ketemu lagi di catatan Aisyah. Ok guys disini aku mau curhat aja. Ternyata mental inlander ada di dalam diriku.  ...