Sumber foto: tribbunnews.com
Seorang perempuan duduk gemetaran sambil memegang sebuh pistol. Ia tampak seperti mayat hidup, wajahnya nampak pucat pasi. Matanya menerawang melihat temannya bersimbah darah. Ia seolah melihat temannya perlahan berhenti bernafas.
Berulang kali ia melihat sesosok pria paruh baya yang tergeletak tak berdaya di pojok gudang. Tubuhnya tertimpa kardus kaleng makarel. Di bagian kepalanya sepertinya terkena benturan yang cukup keras yang menyebabkan ia pingsan.
Perempuan itu merobek sebagian baju Dolce & Gabbana nya yang bercorak polkadot berwarna hitam dan putih. Untuk menahan darah yang mengalir deras.
Lalu bibirnya terbuka dan berkata dengan lirih, " Tolong bertahanlah sampai seseorang menemukan kita disini, kumohon !" Matanya berkaca-kaca mengatakannya.
Matanya yang kosong memberi ruang untukku mengisinya, " Bisakah kau berhenti menangis, kau sangat jelek saat menangis. Jika kau ingin kita berdua hidup, hapuslah air matamu lalu segera ikat pria itu dengan ikatan yang paling kuat. Pegang pistolnya di dekatmu jangan biarkan ia mendekat meskipun hanya 1 cm" sambil memandang pria paruh baya itu yang sedang pingsan karena kutendang dengan teknik "Dwi Hurigi" salah satu tekhnik di bela diri Teakwondo yang sasaran utamanya adalah leher dan kepala. Akibat itu juga pistolnya tak sengaja mengenai lengan kananku.
Perempuan itu bernama Reika Subandono, teman sekalasku di SMA . Ia adalah puteri satu-satunya dari seorang duta besar Indonesia untuk Arab Saudi. Dan pria itu sebenarnya bukanlah orang jahat.
Ia adalah seorang Ayah yang baru saja kehilangan anak perempuanya karena hukuman pancung. Ia depresi karena hukuman itu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Ia kesal karena menganggap kinerja KBRI di Jeddah, Arab Saudi tidak maksimal.
Putrinya dituduh membunuh anak majikannya sendiri saat menyuapi bakso yang ternyata tersedak sehingga mengakibatkan balita berumur tiga tahun itu meregang nyawa karena kesulitan bernafas.
Putrinya yang hanya lulusan sekolah dasar yang baru belajar bahasa Arab sebisanya tak paham dengan bahasa Arab balita yang penuh arti. Ia dijatuhi hukuman mati saat keluarga balita tersebut menolak diyat (denda bagi pembunuh dalam berupa materi ke keluarga korban).
Bagaimana hancurnya hati seorang Ayah melihat anaknya dihukum mati dengan cara dipancung hanya karena salah menyuapi. Ia melampiaskan dengan cara yang salah.
Namun, rencananya gagal karena Reika sedang bersamaku. Seorang Atlet Taekwondo dengan sabuk biru. yang sebenarnya kurang ahli dalam beladiri. Tetapi, dalam kondisi genting saat nyawanya dalam bahaya. Si sabuk biru secara tiba-tiba berubah menjadi sabuk hitam. Kekuatan terpendamnya muncul saat ada bahaya di depan matanya.
Akhirnya polisi tiba dan membawa penculik tersebut kemudian menyeretnya ke Hotel Prodeo,
#Tantangan 1 Fiksi
# ODOP
Wah atlet taekwondo, semangat dan salam kenal.
BalasHapusSalam kenal juga.
HapusSalam kenal juga mbak putri 😁😁
BalasHapusWuah... keren bun ^_^
BalasHapus😀😀 sama-sama mbak nia. Salam kenal
HapusKeren banget ide ceritanya 😍
BalasHapus😁😁 makasih mbak izza. Salam kenal juga ya
HapusKaleng mackerel😂
BalasHapusUpss 😁😁 makasih mbak leska
HapusKetipu sama judulnya..😂 Kirain tadi ceritanya bakal kocak.. Ternyata malah genre action menegangkan.. Kereeen...😎
BalasHapusKetipu niih. 😂😂😂 saya nulis dulu ceritanya judulnya belakangan. Jadilah begituuu.
Hapus