Follow Us @soratemplates

Minggu, 15 April 2018

Filosofi Gorengan: Bertemu Bidadari berselendang



              Setiap pagi hari Mak Ijah selalu menjajakan dagangannya ke tetangganya.

        Ia bangun jam 3 dini hari untuk mengadoni adonan bakwan, gehu, mendoan dan risoles. Tak kurang dari 2 kilogram wortel, 5 bungkus micin, sejumput garam dan 100 gram bawang-bawangan. dengan tangan keriputnya. Mak Ijah dengan lihai mengadoni adonan. 

         Diaduk-aduk searah dengan jarum jam. Sampai mengembang dan langsung dicelupkan ke minyak mendidih. Konon itulah tekhnik mengadoni gorengan agar selalu renyah berjam-jam lamanya.
       
       Nenek dengan 5 orang cucu ini yang usianya sudah menginjak kepala 7 ini masih begitu energic dengan segala aktivitasnya. Mulai dari tengah hari ia sudah memotong wortel menjadi kubus-kubus kecil dengan panjang kurang lebih 1 cm. dan bawang daun yang sudah dipotong tipis-tipis.

        Mak Ijah dibantu oleh menantunya yaitu Mak Erah yang sama sudah lanjut usia. Kini usianya sudah memasuki kepala 6. Mak Erah menikah dengan anaknya Mak Ijah yaitu Mang Parna yang terpaut usia 15 tahun lebih tua. Karena Mak Erah menikahi seorang bujangan.

      Dulu, sebelum kawin, Mak Ijah mentang habis-habisan hubungan asmara anaknya dengan Mak Erah. Janda dua anak ini dituduhnya melakukan guna-guna kepada anaknya. Apalagi setelah Parna mengenalkan Mak Erah kepada Mak Ijah keesokan harinya sebanyak 15 ayam Jago milik Mak Ijah mati secara mendadak.

        Usut punya usut konon katanya, Mak Erah menggunakan ajian 'Jaran Goyang' untuk memelet Mang Parna.

         Mang Parna yang masih lugu karena baru dua bulan mengenal dunia luar setelah hampir 10 tahun hidup di Pesantren yang letaknya di hutan 'bojo ijo' sekitar pedalaman Kalimantan Selatan.
Mang Parna sendiri sebenarnya adalah mantan barisan pria sakit hati yang biasa di singkat menjadi 'BARISTA' .
Entah sudah berapa kali ia sudah ditolak oleh para gadis. Saat melamar biasanya para wali gadis yang ingin dipersuntingnya. Seperti ' perang batin' antara iya atau tidak.  Akhirnya diadakan pemilu dadakan di dalam keluarga besar. Pilihannya antara menerima dirinya ataupun tidak. Alhasil dari beberapa pemilu keluarga tak ada satupun yang mempernankan dirinya untuk mempersunting anak gadisnya.

Biasanya alasanya seputar ketidakcocokan keluarga istri dengan pekerjaan Mang Parna yang berjualan gorengan dan menyambi jadi ustadz dadakan. Bahkan, ada salah satu keluarga yang mengatakan kalau Mang Parna wajahnya mirip abang tamvan 'Andhika Kangen Band' Jadi, sulit untuk mengambil keputusan menerima Mang Parna menjadi menantunya.

Diperjalanan pulang menggunakan Kapal Ferry . Suasana yang lembut melenakannya menjadi tertidur. Disaat seperti itu pencuri kapal dengan cepat menggasak dompet Mang Parna.
Mang Parna yang terkejut tak berdaya. Iya menangis sejadi-jadinya niat berlebaran bertemu emak di kampung halaman malah kecopetan.

Tak ada satu orang pun yang menolongnya. Tumpukan manusia di kapal Ferry nyatanya hanyalah angin yang berhembus busuk. Bukannya menolong mereka yang berbicara manis di depan dan mengolok-olok di belakang.
Namun, ternyata Tuhan masih baik padanya. Ia mempertemukan dengan seorang bidadari cantik. Yaitu janda dengan dua anak yang akan menjadi pendamping hidupnya.

To be continued
Trima kasih sudah berkunjung ^_^.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan berlebihan memuja orang.

Hy sahabat onlineku. Kita ketemu lagi di catatan Aisyah. Ok guys disini aku mau curhat aja. Ternyata mental inlander ada di dalam diriku.  ...