Follow Us @soratemplates

Kamis, 12 April 2018

Illang Terluka : Bagian Ketiga






Ilalang oh ilang
Illang malang 

Mencoba menahan perih
Di kegelapan malam 

Mencoba bertahan dengan senyuman pahit
Mencoba memegang ibunda tersayang

Bunda, sampai seperti inikah kau mendidikku?
Bunda apa salahku?
Bunda aku akan bertahan jika ini keinginanmu
Bunda bisakah lebih halus dalam memukulku?
Bunda aku sayang padamu.

Dia mencoba tegar dengan menggit bibirnya
Hingga darah mengucur dari sela-sela bibit merahmu.

Ibunda lelah
Ibunda hari ini pukulanmu tak sekeras biasanya
Apakah Ibu sakit?

Terlalu banyak pertanyaan di benakmu.
Seorang anak yang masih kecil
Yang harus menerima bebannya kehidupan yang perih

Sementara itu di sebuah rumah, 
'
         Terjadi perdebatan di sebuah rumah di sekitar kebun bambu Mang ushin. Letaknya di sebelah barat sekitar 100 meter dari balai desa.  Rumah dengan cat berwarna hijau lumut yang sebagian temboknya sudah mengelupas karena dimakan usia.

      Ukurannya pun tidak besar sekitar 10 x 15 meter berdinding semen yang belum di cat dan berlantaikan semen yang belum rata. Hanya dilapisi karpet  hijau pemberian dari mushola Al Ikhlas.

        Ternyata sedang terjadi perdebatan yang sangat sengit. Paman Agus yang bernama Mang Husen dengan nada tinggi berbicara lantang " Kita disini mau berdiam diri saja . Melihat ibunya si Agus memukul anaknya semaunya. Sampai kapan kita diam?? Sampai si agus di liang kubur. Baru bangkit?? " Mang Husen berbicara sambil berapi-api.

      Mak Minah hanya bisa menangis sesegukan yang ditutupinya dengan kain lurik panjang yang menutupi bahunya yang sudah kedinginan . "Maak ga ridho cucu dipukulin pake besi " Mak Minah sebagai mertua perempuan sudah mengingatkan berkali-kali kepada mantunya agar menghentikan kebiasaan memukul cucunya. Namun, tak di gubris.

      Pak RT ,Ulama dan tokoh masyarakat sudah berusaha membujuknya untuk tak lagi memukul anaknya dengan kasar. Rasanya nasihat itu hanya masuk telinga kanan kemudian keluar dari telinga kiri.
        Sesekali Agus mampir ke rumahnya. Dan apabila ketahuan berkunjung ke rumah nenek atau saudaranya. Tak khayal, pukulan maupun cubitan diarahkan ke pipi dan pelipisnya.
        
       Berkunjungpun menjadi hal yang sangat jarang. Meskipun rumahnya terbilang cukup dekat hanya 15 meter dari rumahnya.

     Akhirnya Bi Eha menjawab perdebatan alot tersebut " Besok Insya Allah saya akan bertemu ibunya Agus kalau tidak ada i'tikad baik kita laporkan ke pihak berwajib" jawabnya kemudian.

   Keesokan harinya,

      Disaat guru-guru sedang melakukan laporan tindakan kekerasan ke kepala desa. Terjadi peristiwa yang diluar dugaan terjadi.

    Bi Eha dan Ibunya Agus atau biasa dipanggil Bi Sumi. Terlibat percekcokan .

      Pasalnya Bi Sumi merasa tersinggung dengan caranya mendidik Agus dianggap salah oleh keluarga suaminya.   "Ini urusan rumah tangga saya jangan ikut campur. Mau si Agus mati gpp dia anak saya ini. Saya tidak takut dilaporkan ke polisi sekalipun" gertak Bi Sumi mendorong keluar Bi Eha keluar pintu.

       " Kamu ya terlalu , ga ada satu ibu pun yang tega memukul anaknya pakai besi sampai biru-biru begitu. Dan kasih makan sedikit sampai kurus ga dikasih uang jajan lagi. Mana uang yang dikasih kakak saya buat Agus !"  Kata Bi Eha menderu.

       " Itu urusan saya, Agus anak saya jadi ga ada yang berhak mengaturnya kecuali saya!" Jawab Bi Sumi lantang.

            Akhirnya bogem mentah jatuh ke wajah Bi Sumi. Wajah bi Sumi menjadi memar sebelah.
"Sakit kan??? Itu sama Agus juga sakit kalau dipukul pake besi sama kamu.!!" Kata Bi Eha tajam.

        Terjadi perkelahian ibu-ibu yang sulit dilerai oleh siapapun. Tetangga hanya bisa menyaksikan bagaimana serunya aksi saling jambak Bi Eha dan Bi Sumi.

Sementara itu di sekolah,

           Agus sedang duduk lemas di kelasnya karena sakit panas yang menderanya. Ia belum makan apapun . Ia hanya memandang papan tulis yang terasa samar-samar. Perlahan angin memberinya kesempatan untuk tertidur lelap.  Di dalam mimpi indahnya ia bertemu Ayahnya yang mengajaknya bermain-main. Dalam tidurnya ia tersenyum manis memimpikan Ayahnya tersayang yang sangat ia rindukan.

Di dalam lelapnya ia tak mengetahu ada beberapa orang yang peduli dengannya . Guru-gurunya, dan Bibinya yang rela beradu jotos dengan Ibu. 

    Tertidur lelaplah wahai Ilalang
    Sebentar lagi keadilan akan membuka mata setiap orang

     Tuhan tidak tidur Ilalang
    Tuhan sedang membuatkan skenario yang paling indah untukmu

    Bersabarlah sebentar lagi  ...

(To be continued)

#Cerbung
#Kelas Fiksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan berlebihan memuja orang.

Hy sahabat onlineku. Kita ketemu lagi di catatan Aisyah. Ok guys disini aku mau curhat aja. Ternyata mental inlander ada di dalam diriku.  ...