Jas Versus Daster
oleh aiysdays
Setelan Jas mirecit nan rapi
Tak terbantahkan bahwa ia orang berada
jalan kakinya yang menghujam tanah
Berbicara lantang dan sangat fasih
seakan-akan bersalancar dengan lidah di tengah air liur membudah
Siapapun pasti akan terpaku melihatnya
Mulutnya menganga dan matanya tak terpenjam
Seakan berkata: "Inilah Panutanku"
Tak lama berselang ia menghampiri
seorang Pedagang yang konon
disebut sebagai Pedagang Kecil
Daster penuh minyak
Tangannya tak bersih
Matanya menengadah ke atas
Melihat calon pembelinya
Sesekali tersenyum ramah
Saat ia sudah mendapatkan pembelinya
Ia akan selalu menunduk
Tersenyum sumringah
Meskipun, tak ada yang patut ia senyumi
Tetapi, pembawaanya yang akrab
seakan-akan ia adalah kawan lama yang tak berjumpa selama belasan tahun lamanya
Semua ia ceritakan mulai dari keluarga, anak, cucu, pekerjaan hingga sinetron favoritnya
Padahal baru lima menit bertemu.
Berbicara dengannya akan membuat hati siapa saja terhibur
Beberapa waktu kemudian
Di rumah masing - masing
Pemuda yang berjas mericit
memiliki problem rumah tangga yang luar biasa sulit
Ia memiliki masalah finansial yang terjun payung
Pasalnya gajinya selama bekerja di instansi bergensi tersebut
Tak lain dan Tak bukan statusnya hanyalah "Pegawai Honorer"
Ia sudah menimba Ilmu selama puluhan tahun
mulai jenjang SD , SMP, SMA, S1,S2,S3, sampai S teler
Cita-citanya hanya satu yaitu Pegawai Negeri Sipil
Pekerjaan penuh kehormatan berstrata tinggi sampai akhir hayat.
Apapun akan diperjuangkan demi pekerjaan tersebut
Pekerjaan penuh kehormatan berstrata tinggi sampai akhir hayat.
Apapun akan diperjuangkan demi pekerjaan tersebut
Tak pelak ia harus menunggu belasan tahun untuk bertahan dengan gaji minim
dan mempertahankan gengsinya menggunakan jas.
Tak jarang ia masih membuka tangan ke Orang Tuanya yang dahulu kaya
Namun sekarang sudah Tua renta
Hanya sawah dan sebidang tanah yang ada
Semuanya sudah mereka habiskan untuk menyekolahkan anak-anak mereka
sampai Jenjang paling tinggi tanpa di dampingi ilmu kehidupan.
Namun, sekarang hanyalah pegawai honorer yang berharap terus diangkat
dengan berdemo setiap tahun. menjadi Boneka calon Rakyat yang ingin maju sebagai Wakil Rakyat.
Tak jauh dari rumahnya Pedagang yang katanya pedagang kecil
sedang menanak nasi untuk anak-anaknya yang akan datang dari kota.
Hidup dengan kondisi terbatas membuatnya semakin tertempa dengan semua cobaan hidup.
Anak yang pertama behasil menjadi penjual Gorengan yang lumayan laku di Pinggiran Jalan Sudirman.
Anak yang kedua penguasaha tempe di Madiun. Tempenya sudah tersohor bahkan Presiden sekalipun pernah mencobai tempe buatannya.
Sedangkan, si Bungsu sedang bersekolah di SMK jurusan Komputer. meskipun masih SMK ia sudah bisa menghasilkan uang sendiri dengan menservis komputer belajar dari tetangganya.
Meskipun pakaian kumal, berbicaranya terbata-bata, tetapi peragainya sangat sopan santun. Penghasilannya ternyata lebih stabil dibandingkan yang berjas.
Ia mengelola uangnya dengan baik menyisihkan untuk modal apabila dagangannya kurang laku ia memberikan tetangganya secara cuma-cuma dan menabung untuk umroh suatu saat nanti.
Ia mengelola uangnya dengan baik menyisihkan untuk modal apabila dagangannya kurang laku ia memberikan tetangganya secara cuma-cuma dan menabung untuk umroh suatu saat nanti.
Lain hidupnya dengan Si Jas Miricit usianya hampir kepala 5.
Jangankan punya anak . Menikah saja belum. Menikah baginya adalah Sebuah Susunan Uang yang harus ia kumpulkan sekian tahun lamanya kemudian dibuang demi seorang gadis yang bisa menghabiskan uangnya seperti lintah .
Dan Ia masih terpaku dengan Jas nya.
Jas kebesarannya.
Tak peduli kesulitan hidupnya yang terpenting baginya namanya masih bersinar di tengah-tengah orang awam. Bergelut dengan kejayaan masa lalu yang tak akan pernah kembali.
Sumber : Jas, Miricit dan Daster
Jadilah sebuah Puisi bertema Jas Miricit dan Daster.
Semoga kita semua bisa mengambil hikmahnya.
Trima kasih sudah berkunjung ^_^.
ada salam dari tukang Seblak ^_^ Yuhuuuuu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar