Follow Us @soratemplates

Selasa, 23 Januari 2018

Hujan Galau


Saat di kampus,

Cuaca sangat panas terik, panasnya matahari di siang hari bolong benar-benar membuat perih kulit. Segelas Ice tea rasanya sangat pass menjadi teman, di hari yang begitu panas ini “dreeekk, ... ahhh nikmatnya,” seru Luna.

            Di saat Luna menyusuri lorong kampus. Ia terhenti di Mading MAPAL ( Mahasiswa Pencinta Alam)  terpampang sebuah artikel  dengan judul besar “Cuaca yang ekstrem bisa mengakibatkan kepunahan beberapa hewan di Indonesia”

Luna bergumam, “Dari lubuk hatiku yang paling dalam aku setuju sekali. Cuaca memang sedang galau sedikit panas sedikit hujan, menentukannya pun menjadi sulit. Bahkan, sekarang musim panas yang terlalu panjang mengakibatkan gagal panen di mana-mana." 
            “Tap,.tap,.tap,.” suara langkah kaki yang sangat familliar Luna dengar,dan benar saja itu langkah kaki Pak Ketua Prodi,saat melihat beberapa mahasiswa semester akhir sedang membaca mading. Ia pun terhenti, “ehem, ...  ehem, ... ” Paketup berdehem tanda memulai pidatonya,

          “Fixsasi judul penelitian akan dimulai minggu depan!”  seru Kepala Prodi mengingatkan, “Batasnya sampai akhir tahun ini dan proposal harus sudah selesai!” katanya lagi menambahkan.
 "Atauu,.. kalian akan jadi mahasiswa abadiiiiiiii!.” serunya lagi dan kali ini tambah lantang dengan ekspresi berapi-api, membuat hati mahasiswa yang mendengarnya menjadi terpacu untuk menyelesaikan proposal atau menciut seperti si Luna.

          Nama lengkapnya Luna Selamet Riyadi, makna dari namanya sendiri adalah artinya selalu selamat menghadapi rintangan apapun, Tetapi untuk skripsi kali ini dia merasa pesimis bisa selamat lagi.

           Mendadak wajah mukanya langsung ditekuk kedalam seperti orang mau menangis. Pasalnya ia belum ada ilham untuk judul Proposal Skripsinya. SI ilham seakan sungkan untuk menemuainya yang lebih senang nonton drama korea di saat genting seperti ini.



           Suasana hatinya yang mendung. Ternyata, memanggil awan Cumulonimbus menghampirinya. Langit mendadak menjadi mendung saat sebelumnya sangat cerah. Entah mengapa, akhir-akhir ini cuaca sangat cepat berubah, Luna yang sedang asyik tidur-tiduran di kasur harus terpaksa membagunkan tubuhnya untuk mengangkat jemuran, yang dari  pagi ia jemur. Sepertinya, sudah setengah matang keringnya.

           Disaat ia akan mengangkat jemuran, tiba-tiba hujan gerimis mulai turun, begitu indah saat tangannya menyentuh butiran air, mirip adegan scane Drama Korea “ Love Rain ”dipermanis Luna memegang payung warna kuning. kemudian imajinasinya muncul . Seakan-akan ia melihat Jang Geun Suk memegang  payung untuknya. berputarlah melodi lagu merdunya  Na Yoon Kwon yang berjudul "Love is Like Rain

          Langkahnya pun menjadi lambat terbawa suasana, Namun, perlahan-lahan hujan mulai deras dan semakin deras, “dress, ... dresssss, ... dresssssss, ... dresssssss .... ” Luna mulai tersadar dari khayalanya. Perlahan-lahan bayangan Jung Geun Suk mulai luntur seiring dengan banyaknya air hujan yang berjatuhan.

         Jatuhan air dari langit semakin banyak. Hujan seakan seperti krikil es. Kulitnya yang mulus menjadi sedikit kemerahan. “Swingg, .... ”Seperti Gundala Luna berlari secepat kilat.

         Luna melesat ke arah jemuran bersiap mengambil pakaiannya yang masih tergantung manis di tali jemuran yang terbuat dari tambang yang di ikatkan ke sebatang pohon mangga dan sebuah bambu di depan kosannya.

        “bak-buk-bak” Luna mengambil keranjang cucian dan memasukan semua pakaian ke dalamnya,. dengan cekatan ia mengambil semuanya kurang dari 10 detik 

          Namun, sepertinya hujan ternyata tak mau kompromi lagi dengannya. “Dressssssssssssssssss”  hujan semakin deras, ia pun bergegas kembali kedalam kosan. 
Dengan spontan mempercepat langkah kakinya. Namun, “Brakkkkkkkkkk....!” terdengar suara benda bertubrukan dan ternyata itu adalah bunyi suara kakinya berbenturan dengan teras kosan yang berundak-undak.

          “Ahhhhhhhhhhhhhhh,..” jeritnya menahan sakit yang teramat sangat, hujan tetap semakin deras  ia paksakan dengan sekuat tenaga menahan semua rasa sakit yang mendera.
Dengan menarik kaki sebelah kanannya yang terluka sedangkan kaki kirinya juga agak lemas karena energi power(tenaga dalam) yang baru saja di kerahkan sebelumnya, dengan bertumpu pada tangan kanan dan tangan kiri menyeret keranjang pakaian. Dengan terseok-seok seperti “suster ngesot”.ia berjalan seperti itu menuju ke arah pintu.

Sebenarnya, sedikit horor melihat lantai teras kosannya yang memakai kramik warna putih. Dan disaat darah yang bercampur dengan air hujan. Lantainya mendadak menjadi seperti lantai di Unit Gawat Darurat(UGD) di Rumah Sakit. siapapun pasti akan merinding melihatnya.

Membutuhkan perjuangan yag sangat keras dengan menahan perih yang teramat sangat akhirnya ia berhasil menggapai daun pintu. Di saat menggapai daun pintu, sayup-sayup di khayalannya terdengar lagu “The Champion” mengiringi kebahagiannya. Serasa menang Olimpiade Athena katagori berjalan layaknya “suster ngesot” rasanya sangat sulit menahan air mata yang hampir keluar, ia menatap ke langit-langit menahan air matanya.

Namun, dua menit kemudian. Terdengar suara ”cittt,..cittt..citt” suara burung pipit membuyarkan semuanya. Sepasang burung pipit sedang memadu kasih di tali jemuran depan kosan sepertinya mereka tampak bahagia,tetapi keadaan itu bertolak belakang dengan keadaan hati Luna saat ini.
“Aaaaaaaaah!...” mulut menganga, melihat semua keadaan seperti sulit dapat diterima oleh akal sehat,Luna mengacak-acak rambutnya menjadi berantakan, rambut yang lurus sebahu itu mendadak acak-acakan tak karuan.

            Di tengah krisis, ia mulai berfikir logis, karena sebenarnya, ia tak punya persedian baju lagi karena semuanya basah, bahkan kalau besok ga ada baju, ia akan terpaksa membolos kuliah karena tak ada baju yang bisa aku pakai,.. ada sih satu baju tetapi, itu juga jas Almamater yang masih menggantung di belakang pintu kamar.

Sejak Latihan Kepemimpinan Mahasiswa 3 tahun lalu, Jas Almamater itu tak pernah dicuci. Hal itu bertujuan agar bau keringat penderitaannya selama 3 hari yang dikerjai senior-seniornya waktu dulu tetap terjaga kenangannya, hasil bergadang selama tiga hari karena membuat karya ilmiah memakai tulisan tangan dengan tulisan tegak bersambung sebanyak 50 halaman dan serentetan rangkaian ritual lainnya. pikirannya langsung sedih memikirkan hal itu semua. 

            Bagaimana mungkin ke kampus memakai jas almamater apalagi itu udah lama,.. nanti di sangaka “Bunitia” lagi soalnya sedang ada Latihan Kemimpinan Mahasiswa untuk juniorku saat ini, walaupun tak menampik sebenarnya ada rasa keinginan untuk itu mengingat para “Panitia” yang gagah dan kokoh apalagi Luna ngefans bangen sama Teguh yang menjadi kepala seksi keamanan tahun ini. Tubuhnya yang kekar dan kulitnya berwana sawo matang.Luna sering menyebutnya si “Ice Cream Chocolate “ karena begitu manis dan cool.

            Tetapi, dipikir-pikir Bagaimana pertangung jawaban seksinya Mira si seksi Logistik yang udah manggil pawang hujan, supaya ga hujan selama 3 hari. “ckckckc kasian..” gumam Luna
“Figthing Luna, kamu pasti bisa!! ” ia mensugesti dirinya sendiri agar tetap maju mengahadapi segala rintangan yang ada,.. (maksudnya maju ke arah depan menjemur pakaian lagi),.

Dengan tertatih-tatih ia keluar untuk menjemur kembali jemuran yang hampir matang ini, mungkin sekitar 30 menitan lagi, pakaian ini pasti akan sepenuhnya matang alias kering dan siap dipakai.

Setelah semua pakaian bertengger manis di tempatnya semula, ia tersenyum puas. “Luna, bisakan!! ” ia berkata dalam hati.Entah mengapa, rasa sakit yang mendera tadi jadi tak begitu sakit lagi dan energinyapun sepertinya telah pulih,. “fuuu,..fuuu,.fuuu” sambil bersiul ia kembali ke pintu kostan.

Sedetik kemudian,

Tepat setelah kaki kanan melangkah ke dalam kosan,yang tak diinginkan kembali terjadi. Memang kekuasaan Tuhan memang benar adanya “kun fayakun” maka “jadilah” dan Jadilah hujan deras lagi. Bahkan lebih besar dari sebelumnya,

 “Dressssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss!!!!”  hujan turun kembali bahkan lebih deras dari yang sebelumnya,. “Duaaaaaarrrrrrr..”  seperti tersamber kilat di siang hari bolong.. ia terpana melihat kejadian yang ada seperti mimpi.
Setelah sekian lama membisu ia terbagun dari alam bawah sadarku,.. “Ya,...............Hujaaaaaaaan!!!” Luna berteriak memanggil nama hujan seakan Hujan adalah sebuah makhluk yang siap ia tinju dengan bogem mentahnya,

“Yaaaaaaa,........” ia berteriak lagi sambil setengah berlari menuju ke arah jemuran.  Seharusnya menuju jemuran adalah berbelok ke arah kanan dari teras dan di depan adalah pintu gerbang yang terbuat dari besi baja asli pesanan Bapak kos yang konsisten dengan janjinya kepada orang tua kami dulu yang siap mendidik kami menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa,.

Pagar yang dicat berwarna hitam itu lebih terkesan seperti jeruji besi penjara daripada pagar sebuah rumah kostan. Jadilah Luna dan teman-temannya narapidananya.
Karena teras menjadi licin karena hujan yang pertama, otomatis sangat riskan untuk tergelicir dan benar saja tergelincir, tubuhnya terhempas seutuhnya terdorong kedepan tak bisa berbelok dengan posisi  letter “S” persis posisi siap lari. Dengan posisi kaki kanan lebih maju dan kaki kiri terangkat dipermanis dengan kepalan tangan kiri lebih maju daripada tangan kanan.

Walaupun berusaha menghindar tetapi tetap saja, kecepatan tergelincir ternyata seperti posisi rem blong saat sebuah mobil melaju cepat, takdir akhirnya berkata.
Luna terjerembab menabrak pagar pintu, dengan posisi sangat mengenaskan kepala di bawah sedangkan kaki di atas. “Ohhh noo! ” serunya pelan, tetapi, saat sadar itu perbuatan sia-sia akhirnya ia mencoba bangkit lagi karena kaki menjadi lemas sedangkan tangan terluka. akhirnya jalan satu-satunya yang tersisa adalah berguling-guling. Luna berguling-guling 360 derajat untuk mencapai jemuran.

Ia ambil semua pakaian dan dengan sekuat tenaga akhirnya ia lempar ke arah dalam kosan yang pintunya memang sengaja di buka. Layaknya seorang “Pitcher”  yang melempar bola. 
Luna melempar dengan tenaga sisa yang ia punya “1,.2,.3,. lempar” seketika pakaian Lunapun masuk kedalam kosan dan akhirnya berhasil.

“akh,.. akhirnya tepat sasaran!” guamku sambil tersenyum bangga.
Namun, lagi-lagi keajaiban Tuhan kembali terjadi,

Sepermilidetik kemudian,

Hujan tiba-tiba berhenti. Ia tertegun dan kemudian ambruk ke tanah melihat langit, posisi terlentang menghadap langit.
Air mata perlahan mulai meleleh disudut mata yang mulai sipit karena terlalu lama memakai kacamata. “AAAAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!! ” Luna berteriak setengah menangis, intonasi suaranya persis saat ia menonton pertandingan bola saat Barcelona harus kalah dari Real Madrid. Tetapi, suasananya saja sedikit berbeda.

“Mengapa hujan juga kejam padaku?” Ia mulai menyalahkan hujan yang kejam padanya bukan hanya Ketua Prodi yang membuatnya stress tadi di kampus. padahal sebelumnya ia sedang galau memilih tema skripsi.

Beberapa saat kemudian ia terdiam. Memikirkan kata-katanya tadi.

“Apakah hujan juga bisa galau ? apakah ada penelitian mengenai hal ini, sepertinya belum ada.“ matanya terbuka lebar menatap langit, bibirnya manyun seakan ingin mencium hujan,. “Muchaaa.........” serunya. Ia sangat bersyukur karena dari serentetan peristiwa yang tidak menyenangkan ini akhirnya ia bisa mengambil hikmahnya.

Beberapa saat kemudian langit menjadi mendung kembali dan turun hujan lagi,dan bibirnya benar-benar mencium hujan. Kali ini hujan terasa lebih hangat dari biasanya seakan ia tengah mandi dengan shower air hangat,.

“Akhh nikmatnya,..”guamamnya . “Akhirnya tema skripsiku sudah ketemu,.” kata Luna riang, temanya yaitu  :  “Pengaruh Hujan Yang Galau Terhadap Hati Yang Galau”.

#DAY2#OneDayOnePost#ODOPBatch5#


Trima kasih sudah berkunjung ^_^.

2 komentar:

Jangan berlebihan memuja orang.

Hy sahabat onlineku. Kita ketemu lagi di catatan Aisyah. Ok guys disini aku mau curhat aja. Ternyata mental inlander ada di dalam diriku.  ...